Ketua Komisi III DPR Soal Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar: Kami Gak Sebut Itu Kecolongan

Rabu, 07 Desember 2022 | 19:06 WIB
Ketua Komisi III DPR Soal Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar: Kami Gak Sebut Itu Kecolongan
Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul. (Suara.com/Novian)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto menilai tidak ada pihak yang kecolongan atas peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat.

Bambang Pacul, begitu ia akrab disapa, lebih menitiberatkan pada belum adanya sistem keamanan internal atau internal securty system untuk mengantisipasi tindakan teror, seperti bom bunuh diri.

"Kami nggak ngomong itu kecolongan. Bahasa kami adalah secara nasional kita itu belum mempunyai internal security system. Sistem ini bagaimana kita mengamankan bangsa ini secara internal," kata Pacul kepada wartawan, Rabu (7/12/2022).

Menurut Pacul, internal security system perlu ditingkatkan agar keberadaannya memadai.

Baca Juga: Kutuk Keras Bom Polsek Astana Anyar, Jubir Wapres Maruf: Cederai Islam

"Jadi Internal security system ini harus ditata ulang. Kalau di banyak negara kan sudah ada internal security act. Semua negara punya, yaitu sistem yang bisa kita baca bersama," ujar dia.

Sebelumnya, Pacul meminta program deradikalisasi dievaluasi. Ia berujar program yang pelaksanannya dijalankan BNPT itu kudu diperiksa kembali.

Permintaan Pacul itu merujuk kepada program deradikalisaai yang ternyata tidak berjalan kepada Agus Sujanto alias Agus Muslim. Agus yang merupakan mantan narapidana teroris justru kembali melakukan teror dengan aksi bom bunuh diri hingga tewas di Polsek Astananayar, Bandung, Jawa Barat.

"Jadi program deradikalisasi harus dicek ulang karena menurut catatan sementara korban ini diduga itu adalah mantan napiter yang sudah terkena hukuman empat tahun di Nusakambangan toh," katanya.

Pacul menyoroti gagalnya progam deradikalisasi yang seharusnya dapat memulihkan Agus. Mengingat Agus sudah keluar dari penjara, namun hari ini diketahui ia malah menjadi pelaku bom bunuh diri.

Baca Juga: Pelaku Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar Eks Napi Terorisme, SETARA Kritik Deradikalisasi BNPT

"Kalau keluarnya begini, berarti kan ada dugaan belum sembuh maka ini harus dilakukan peningkatan lagi deradikalisasi," ujar Pacul.

Pacuk menekankan pentingnya program deradikalisasi itu dijalankan, bahkan tidak diperuntukan kepada narapidana teroris, melainkan pihak-pihak yang sudag memiliki paham radikal.

"Bukan hanya kepada napiter tapi sekala prioritasnya adalah mereka-mereka sudah punya kalinya keyakinan kaya begini ini, ya napiter, ya ring satunya napiter, ring duanya napiter," kata Pacul.

BNPT Bantah Kecolongan

Kepala BNPT Boy Rafli Amar membantah serangan bom bunuh diri yang terjadi Markas Polsek Astanaanyar sebuah peristiwa kecolongan. Menurutnya istilah kecolongan tersebut tidak sesuai.

"Istilah kecolongan itu tidak pas ya, jadi kalau peristiwa seperti itu bukan kecolongan," kata Boy kepada wartawan.

"Kalau kecolongan itu, mengambil barang milik orang lain sebagian atau seluruhnya tanpa izin ya. Itu nyolong," tabahnya.

Boy mengungkapkan, pada peristiwa seperti ini pelaku mencari kesempatan untuk melakukan perbuatan jahatnya.

"Jadi dia cari celah-celah kapan, jamnya. Jadi, dia bisa jadi ketika semua kita sedang tertidur, kita tidak ada di tempat, tapi dilihat ada simbol-simbol yang layak untuk diserang, dilakukan itu," tuturnya.

"Jadi, yang terpenting kita semua adalah waspada," katanya.

Sebelumnya, Anggota Komisi III DPR Santoso menilai Polri kerap kecolongan terkait teror penyerangan yang kerap dilakukan di beberapa kantor polisi.

"Atas peristiwa penyerangan bom bunih diri yang terjadi beberapa kali di markas polisi menandakan bahwa institusi Polri kecolongan," kata Santoso dihubungi.

Ia mengatakan ada beberapa tujuan yang ingin dicapai para terorisme dengan menyerang kantor-kantor polisi.

"Penyerangan dilakukan di pos atau markas polisi adalah untuk syok terapi, cepat diketahui publik, dan menunjukan merka ada," ucap Santoso.

Tak hanya itu, ia meminta adanya antisipasi dari kepolisian agar serangan-serangan serupa tidak kembali terulang. Menurutnya pelibatan intrumen lain juga penting untuk melakukan pencegahan terorisme.

"Agar tidak terulang kembali instrumen penegak hukum termasul badan intelejen dan BNPT tidak ego sektoral dalam penanggulangan dan pemberantasan terorisme," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI